TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo — Musim kemarau yang telah berlangsung selama tiga bulan di Gorontalo berdampak buruk pada sektor pertanian, khususnya tanaman jagung.
Saat ini, data yang dikumpulkan TribunGorontalo.com per Senin (18/9/2023), sebanyak 250 hektar lahan jagung di Kabupaten Gorontalo terancam gagal panen.
Roni Sampir, Sekretaris Daerah Kabupaten Gorontalo, mengatakan bahwa lahan jagung yang gagal panen tersebar di Kecamatan Biluhu, Bilato, dan Limboto.
Kerusakan tanaman jagung disebabkan oleh kekeringan yang membuat tanaman tidak bisa tumbuh secara optimal.
“Tanaman jagung yang terdampak itu sekitar 250 hektar ada di sebaran di Biluhu, Bilato, dan Limboto itu mengalami puso (gagal panen),” ujar Roni kepada TribunGorontalo.com, Senin (18/9/2023).
Selain gagal panen, beberapa lahan jagung juga tidak bisa ditanami akibat kekeringan.
Hal ini tentu menjadi kerugian besar bagi para petani jagung yang menggantungkan hidup dari hasil panen.
“Kita sebenarnya hanya tertunda saja di proses untuk penanaman, sebenarnya sudah mau masuk musim tanam ini tapi karena kekeringan maka belum ada dari para petani yang menghambur dan sebagainya,” kata Roni.
Pemerintah Kabupaten Gorontalo telah melakukan langkah antisipasi dampak kekeringan akibat kemarau panjang.
Salah satunya dengan melakukan himbauan dan monitoring di setiap desa bersama para OPD.
“Disisi lain, kita membuka layanan pengaduan atau call center bagi masyarakat kabupaten selama 1×24 jam terhadap antisipasi kebakaran dan dampak kebakaran dan lainya,” pungkas Roni.
Berbeda dengan petani jagung, petani sawah malah tak mengalami kerugian akibat kemarau ini.
Petani padi cukup beruntung, sebab kemarau tiba di saat panen baru saja selesai. Hanya saja, kemarau menyebabkan waktu tanam tertunda untuk beberapa bulan.
Banyak petani padi yang menunda penanaman karena takut nanti padi tumbuh di tengah kemarau. (*)